BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Allah SWT
adalah dzat yang maha perkasa, keperkasaan Allah tiada bandingannya, tidak
terbatas dan bersifat kekal. Allah SWT menciptakan alam semesta ini untuk
kepentigan umat manusia, dalam menciptakan alam Allah tidak pernah meminta
bantuan terhadap mahluk lain, oleh karena itu kita sebagai hamba Allah
hendaknya selalu memuliakan-Nya, kemampuan Allah dengan cara selalu mentaati
seagala apa yang telah diperintahkan-Nya dan juga menjauhi segala sesuatu yang
telah di larang-Nya.
Kemampuan
Allah dalam menciptakan alam beserta isinya merupakan wujud dari Asmaul Husna
yaitu Al-Aziz, Allah memiliki 99 Asma’ul Husna, termasuk di antaranya ialah
Al-Gaffar, Al-Basit, An-Nafi’, Ar-Rauf, Al-Barr, Al-Hakim, Al-Fattah, Al-Adl,
Al-Qayyum, dan seterusnya. Nama-nama tersebut telah disebutkan dalam Al-Qur’an
bahwa Adanya Asmaul Husna sebagai bukti bahwa Allah maha perkasa dan maha
bijaksana, untuk itu maka kita wajib mengamalkan Asmaul Husna ke dalam
kehidupan sehari-hari.
Oleh karena
itu menulis mencoba menguraikan 10Asmaul Husna dari 99 Asma’ul Husna dalam
bentuk makalah yang berjudul: Asma’ul Husna (kelas VII, Semester 2).
B.
Rumusan Masalah
1.
Bagaimana Makna Asma’ul Husna?
2.
Apa saja uraian dan bukti kebenaran
tanda kebesaran Allah melalui pemahaman 10 Asma’ul Husna?
3.
Bagaimana cara perilaku orang dan
cara meneladani sifat Allah yang terkandung dalam 10 Asma’ul Husna?
C.
Tujuan Penulisan
1.
Mengetahui Makna Asma’ul Husna.
2.
Mengetahui uraian dan bukti
kebenaran tanda kebesaran Allah melalui pemahaman 10 Asma’ul Husna.
3.
Mengetahui cara perilaku orang dan
cara meneladani sifat Allah yang terkandung dalam 10 Asma’ul Husna.
BAB II
PEMBAHASAN
SK : Memahami Al Asma’ Al
Husna
KD : 1. Menguraikan 10 Al Asma’ Al Husna (Al
Aziz, Al Ghaffar, Al Baasith, An Naafi, Ar Rauf, Al Barr, Al hakim, Al Fattaah,
Al Adl, Al Qoyyum)
: 2. Menunjukan
bukti kebenaran tanda-tanda kebesaran Allah melalui pemahaman terhadap 10 Al
Asma’ Al Husna (Al Aziz, Al Ghaffar, Al Baasith, An Naafi, Ar Rauf, Al Barr, Al
hakim, Al Fattaah, Al Adl, Al Qoyyum)
: 3.
Menunjukan perilaku orang yang mengamalkan 10 Al Asma’ Al Husna (Al Aziz, Al
Ghaffar, Al Baasith, An Naafi, Ar Rauf, Al Barr, Al hakim, Al Fattaah, Al Adl,
Al Qoyyum)
: 4.
Meneladani sifat-sifat Allah yang terkandung dalam 10 Al Asma’ Al Husna (Al
Aziz, Al Ghaffar, Al Baasith, An Naafi, Ar Rauf, Al Barr, Al hakim, Al Fattaah,
Al Adl, Al Qoyyum)
A.
Makna Asma’ul Husna
1.
Sebagai ayat qur’aniah adanya Allah
Banyak usaha yang dilakukan oleh manusia sepanjang masa untuk
mencari dan mengetahui sumber akhir dari segala sesuatu yang ada di muka bumi
ini. Tuhan adalah jawaban. Dia diyakini sebagai satu-satunya sumber akhir atas
segala yang ada dan yang menyatukan segala perbedaan sehingga berjalan
harmonis. Tuhan menjadi suatu yang menarik untuk dicari. Tidak jarang pencarian
itu berakhir dengan sia-sia yang pada akhirnya berkesimpulan bahwa tuhan
sebenarnya tidak ada.
Menurut mereka yang gagal menemukan, Tuhan hanyalah gagasan atau
ide yang diciptakan sendiri oleh manusia. Tapi banyak juga yang menemukan atau setidaknya mengenal Tuhan yang mereka
cari. Hasil pencarian orang yang mengetahui atau mengenal Tuhan bukanlah
kinerja dari pola piker mereka sendiri melainkan tuhan sendiri yang
memperkenalkan diri-Nya sendiri kepada yang mencari. Bentuk penemuan atau
pengetahuan seperti itu disebut wahyu. Dalam tradisi Islam, kata Allah lebih
sering dipake untuk menunjuk makna Tuhan. Kata Allah menimpa kata Tuhan dank
arena itu lebih utama untuk dicapai.
Al Qur’an sebagai wahyu menceritakan bagaimana Ibrahim, sebelum
menjadi seorang Nabi, mencari Tuhan. Dia menolak segala anggapan bentuk ketuhanan yang ada, seperti batu, patung,
phon, hewan bahkan benda langit seperti bintang, bulan bahkan matahari
sekalipun. Cerita tentang pencarian Tuhan oleh Ibrahim dituliskan dalam Al
Qur’an: “kemudian dia melihat matahari terbit, dia berkata: ‘inilah tuhanku,
ini yang lebih besar’, makatatkala matahari itu telah terbenam, dia
berkata:’hai kaumkku, sesungguhnya aku berlepas dari apa yang kamu
persekutukan. Sesungguhnya aku menghadapkan diriku kepada Tuhan yang
menciptakan langit dan bumi dengan cenderung kepada agama yang benar dan aku
bukanlah termasuk orang yang mempersekutukan Tuhan” (Al An’am: 78-79)
Cerita yang sama juga terjadi dengan Nabi Musa a. s pada suatu
hari, Nabi musa yang sudah beriman kepada Allah terpengaruh oleh kritikan dan
permintaan yang dibuat-buat oleh umatnya bani israil untuk bisa menghadirkan
tuhannya sehingga mereka bisa melihat langsung dengan mata kepala mereka
sendiri. Kemudian Allah berfirman: “dan tarkala Musa datang untuk munajat kepada kami pada waktu yang
telah kami tentukan dan Tuhan telah berfirman langsung kepadanya, berkatalah
musa: ‘ya tuhanku, nampakkanlah (diri Engkau) kepadaku agar aku dapat melihat
kepada engkau’. Tuhan berfirman: ‘kamu sekali-kali tida sanggup melihat-Ku’.
Tatkala Tuhannya menampakkan diri kepada gunung itu, dijadikannya gunung itu
hancur dan luluh dan Musa pun jatuh pingsan. Maka setelah Musa sadar kembali,
dia berkata:’Maha Suci Engkau, aku bertaubat kepada Engkau dan aku orang yang
pertama-tama beriman’. (Al A’raf: 143)
2.
Sebagai nama Allah yang dikenali
dan diteladani
Nama-nama Allah dikenal dengan istilah Asma’ul Husna. Sebagaimana
dijelaskan dalam Al Qur’an: “Allah, Tiada Tuhan yang berhak disembah
melainkan Dia, bagi-Nyalah segala nama yang baik”. (QS Taha: 8)
Allah juga memerintahkan hamba-hamba-Nya untuk berdo’a kepada-Nya:
“ Katakanlah: ‘serulah Allah atau Ar Rahman. Dengan nama mana yang kamu
seru, Dia mempunyai nama yang baik, dan janganlah kamu mengeraskan suaramu
dalam shalatmu dan jangan pula merendahkannya dan carilah jalan tengan diantara
kedua itu”. (QS Al Isra: 110).
Allah melalui Al Qur’an memerintahkan manusia untuk memohon
kepada-Nya dengan menyebut Asma’ul Husna-Nya. Do’a dengan menyebutkan nama-nama
terssebut akan berfungsi sebagai kegiatan dzikir keagungan dan kekuasaan Allah.
As Sunnah menunjukan bahwa Allah memiliki 99 nama terindah sebagaimana sabda Rasulullah
yang artinya berbunyi: “ sesungguhnya Allah memiliki 99 nama, yaitu seratus
kurang. Barngsiapa yang menghitung semuanya maka dia akan masuk surga.” ( HR
Bukhari dan Muslim)
B.
10 Asma’ul
Husna Dan Pengertiannya
1.
Al-Aziz :
Yang Maha Perkasa
Salah satu sifat kesempurnaan Allah yang tergolong pada Asma’ul Husna
adalah Al ‘Aziz (yang Maha Perkasa). Allah maha perkasa atas segala
makhluk-Nya, segala yang dikehendaki Allah pasti terlaksana, tak satu pun
makhluk yang dapat menghalangi-Nya. Mau tidak mau kita pasti berkembang menurut
kehendak-Nya. Ketika baru lahir kita tidak berdaya, secara lambat manusia
berkembang dari bayi menuju anak-anak, remaja, dewasa, dan akhirnya tua. Pada
saat yang dikehendaki Allah, manusia pasti mati. Semua makhluk hidup tunduk
pada sunatullah (hukum alam yang berjalan secara tetap dan otomatis) yang
dicipta Allah swt. Tak satupun makhluk yang lolos atau meleset dari sunatullah.
Dialah yang Maha Perkasa, yang dapat mengalahkan siapapun termasuk
memusnahkan alam semesta ini. Keperkasaaan Allah tidak terbatas dan terus
menerus. Adapun keperkasaan makhluk sangat terbatas. Segagah apa pun manusia dalam waktunya ia akan mati.
Dalil Naqli : Q.S. Al-Ankabut: 42 dan
Q.S. Al Jumu’ah: 1
42. “Sungguh,
Allah mengetahui apa saja yang mereka sembah selain Dia. Dan Dia Mahaperkasa,
Mahabijaksana.”
1. “apa
yang ada di langit dan apa yang ada di bumi senantiasa bertasbih kepada Allah,
Maha Raja, Ynag Maha Suci, Yang Maha Perkasa, Yang Maha Bijaksana”
Orang-orang mukmin tidak akan pernah merasa lemah, sehingga memerlukan
perlindungan orang lain, sebaliknya mereka senantiasa akan merasa tangguh oleh
karena keyakinan mereka selalu memperoleh kekuatan dan perlindungan dari Allah
swt, yang memang menjadi pemilik ini semua.
Kekuatan itu hanyalah milik Allah swt, bagi Rasul-Nya serta bagi
orang-orang mukmin. Allah swt merupakan sumber daripada segala kekuatan yang
ada. Oleh karena itu, barangsiapa mencari sumber kekuatan di luar Allah swt,
maka bagaimanapun juga akan datang saatnya ia akan binasa. Hanya yang kuat dan
perkasa itulah yang mampu mendapatkan kemenangan dan Allah swt-lah yang menjadi
pemilik-Nya. Dan tidak seorangpun tentunya yang dapat menyanggah bahwa Allah
swt-lah yang akan menang.
Semua makhluk, diakuinya ataupun tidak, membutuhkan Allah swt, tetapi
sebaliknya Allah swt sama sekali tidak membutuhkan makhluk yang diciptakan-Nya
itu.
2. Al-Ghaffar : Yang Maha Pengampun
Dialah yang memberikan ampunan kepada hamba-Nya yang mau bertobat dan bersungguh-sungguh
(taubatan nasuha). Maha Suci Allah, Maha Pengampun. Karena siapa lagi
yang akan mengampuni segala macam dosa, selain hanya Allah swt belaka. Dia
pulalah yang mengembangkan tirai penutup bagi orang-orang yang telah melanggar
perintah Allah swt.
Allah swt. Mengampuni dosa-dosa, maka dosa yang besar sekalipun, kalau
dikehendaki-Nya serta akan menutub aib manusia, betapapun juga banyaknya.
Allah telah membuka pintu-pintu menuju ampunan-Nya dengan cara bertobat,
mengucapkan istighfar, beriman, beramal sholeh, berbuat yang baik kepada para
hamba Allah, memberi maaf kepada mereka, kekuatan harapan terhadap anugerah
Allah, dan hal-hal lain yang dijadikan Allah sebagai perantara pendekatan
pendekatan pada ampunan-Nya.
Dalil
Naqli : Q.S. Fatir: 30 dan Q.S. Taha: 82
30. “agar
Allah menyempurnakan pahalanya kepada mereka dan menambah karunia-Nya. Sungguh,
Allah Maha Pengampun, Maha Mensyukuri.”
82. “dan
sungguh Aku Maha Pengampun bagi yang bertobat, beriman, dan berbuat kebajikan,
kemudian tetap dalam petunjuk”
Berdasarkan sifat Allah ini, kita sebagai manusia juga sebaiknya dan sudah
harusnya bersikap saling memaafkan apabila terjadi kesalahan maupun kekhilafan.
Jika Allah swt Rabb seluruh alam saja mengampuni hamba-Nya yang berdosa
sekalipun besar, maka manusia yang sama-sama masih terbelit khilaf dan lupa
sudah seharusnya saling mengerti dan bisa berdamai dengan saling minta maaf dan
ditimpali dengan saling memberi maaf.
3. Al-Fattah : Yang Maha Pembuka Pintu Rahmat
Dialah yang Maha Pembuka pintu rahmat dan mencurahkan-Nya kepada semua
makhluk-Nya. Allah swt dalam kemurahan-Nya, membukakan untuk semua
hamba-hamba-Nya rahasia alam dan kehidupan serta segala kunci ilmu pengetahuan
kerajian dan keterampilan, sehingga manusia dapat berkreasi dan menciptakan.
Allah juga telah membukakan dunia ini serta kekuasaan untuk para Nabi serta
menyelamatkan mereka dari segala macam gangguan musuh yang merintangi.
Betapapun juga Allah tidak menutup pintu rahmat-Nya bagi orang-orang yang
mendurhakan agama-Nya serta tidak pula menutup pintu kenikmatan-Nya untuk
orang-orang yang kufur kepada-Nya.
Dalil
Naqli : Q.S. Saba: 26, dan Q.S Al A’raf: 89
26. Katakanlah,
“Tuhan kita akan mengumpulkan kita semua, kemudian Dia memberi keputusan antara
kita dengan benar. Dan Dia Yang Maha Pemberi keputusan, Maha Mengetahui.”
89. … ya
Tuhan kami, berilah keputusan kepada kami dan kaum kaum kami dengan hak (adil).
Engkaulah pemberi keputusan terbaik”
Sesungguhnya rahmat hanyalah milik Allah, sedangkan manusia tidak
memilikinya. Namun rahmat Allah tersebar di mana saja, termasuk melalui manusia
lain. Kita bisa menyalurkan rahmat Allah dengan membuka jalan bagi orang lain
untuk berusaha, berkreasi, dengan memberikan lapangan pekerjaan, kesempatan,
atau apapun yang bisa kita lakukan.
4. Al-Adl : Yang Maha Adil
Dialah zat yang berlaku adil di dalam hukum-Nya dan ketetapan-Nya. Al-Adl
menunjukkan bahwa dia adalah Tuhn yang seadil-adilnya, tidak memihak kepada
siapa pun dalam mengambil keputusan, sehingga tidak ada orang yang dirugikan
sedikit pun, dan akan memperoleh balasan sesuai dengan pebuatan yang pernah
dilakukan. Keadilan Allah akan Dia perlihatkan ketika di dunia dan juga di
akhirat kelak.
Allah swt. akan selalu membalas kebaikan dengan kebaikan ; sedangkan
kejahatan tentulah akan diimbangi dengan kejahatan pula. Oleh karena itu,
janganlah berlaku dzalim , dan senantiasa menjaga diri agar tidak didzalimi.
Manusia dalam kenyataanya sering tidak bisa berbuat adil dikarenakan
memiliki perasaan baik berupa nafsu maupun hati, sehingga terlihat subjektif
dalam berbagai hal. Kita bisa memulai melakukan sifat adil dengan cara membagi
waktu yang ada; waktu untuk belajar, istirahat, beribadah, dan lain sebagainya.
Kita juga harus beb]rbuat adil kepada orang lain, seperti hal dalam memnentukan
salah maupun benar, memberi suatu pemberiyan dengan bijaksana, dan sebagainya.
Dalil
Naqli : Q.S. An-Nahl : 90
90. “Sesungguhnya
Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi bantuan
kepada kerabat, dan Dia melarang (melakukan) perbuatan keji, kemungkaran, dan
permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran.”
5. Al-Qayyum: Yang Maha Berdiri Sendiri
Dengan memperkenalkan diri-Nya sebagai Al-Qayyum, Allah ingin menegaskan
bahwa Dia yang mengatur segala sesuatu yang menjadi kebutuhan makhluk-Nya
secara sempurna dan terus-menerus, tanpa memandang makhluk yang
diurus-Nya itu berterima kasih atau tidak. Dialah
Allah yang menciptakan semua yang ada di bumi dan apa yang ada di langit tanpa
minta bantuan orang lain. Contohnya, dalam penciptaan alam semesta beserta
isinya, Allah menciptakannya sendiri tanpa bantuan siapa pun. Dalam melakukan
sesuatu atau jika berkehendak terjadi sesuatu, Allah cukup mengucap “kun”
(jadilah). Segala sesuatu yang memerlukan bantuan menunjukan ketidak
sempurnaan. Allah adalah Zat Yang Maha Pembari Pertolongan Dia-lah yang
diperlukan oleh semua makhluk, termasuk manusia.
Dalil
Naqli : Q.S. Ali Imran 2
2. “Allah,
tidak ada tuhan selain Dia. Yang Mahahidup, Yang terus-menerus mengurus
(makhluk-Nya).”
Dalam memahami sifat ini, kita sebagai manusia harus menjadi manusia yang
tidak mudah menyerah ketika dihadapkan dengan berbagai kesulitan. Tidak lekang
karena panas, dan tidak lapuk karena hujan, karena manusia harus sadar bahwa
dengan sendiriyan pun kita harus tetap berjuang, walau tanpa bantuan siapapun,
dan walau tanpa dukungan dari manapun. Karena Allah swt selalu bersama kita
sesungguhnya.
6.
Al Baasith (Yang Melapangkan
Rezeki)
Lafal Al
Baasith adalah bentuk isim fa’il (pelaku) dari basatha-yabsuthu, yang berarti
membentangkan, melapangkan, dan membuka lebar. Allah swt senantiasa
membentangkan Rahmat-Nya unntuk menerima tobat hamba yang terlanjur berbuat dosa.
Dia membentangkan rezeki yang dibutuhkan hamba-Nya. Dan pula mempersempit
rezeki kepada hamba yang dikehendaki.
Dalil Naqlii : Q.S Al Ra’d: 26 dan Q.S Al Qasas: 82
26. “Allah melapangkan rezeki
bagi siapa yang Dia kehendaki dan membatasi (bagi siapa yang Dia kehendaki)…”
82. “…. Aduhai benarlah kiranya
Allah yang melapangkan rezeki bagi siapa yang Dia kehendaki diantara
hamba-hamba-Nya dan membatasi (bagi siapa yang Dia kehendaki dari
hamba-hamba-Nya. Sekiran). Sekiranya Allah tidak melimpahkan karunia-Nya, tentu
Dia telah membenamkan kita pula …”
Ayat di atas
menjelaskan dua bukti Allah telah membentangkan rahmat dan menyempitkan atau
membatasi rahmat kepada hamba-hamba-Nya yang dikehendaki.
Pertama : Allah membentangkan rezeki kepada Qarun sehingga menjadi oaring
yang kaya raya di lingkungannya. Karena Qarun kufur nikmat dan bersikap
congkak, Allah memberi siksaan kepadanya dengan membalikan tanah tempat tinggal
dan seluruh kekayaannya.
Kedua : Allah membentangkan rahmat-Nya kepada orang-orang yang semula
mengagumi kekayaan Qarun. Rahmat yang Allah bentangkan kepada mereka berupa
keselamatan (tidak ikit terbenam bersama Qarun)
7.
An Naafi (Yang Memberi Manfaat)
Lafal An Naafi
adalah bentuk isim fa’il (pelaku) dari lafal Nafa’a artinya bermanfaat. Allah
swt mencipta segala sesuatu yang dikehendaki dan memeberi manfaat atas sesuatu
buat siapa Dia kehendaki dari hamba-Nya. Dialah yang mampu memberi manfaat dan
Dia pula yang mampu memberi madarat (kerugian) atas sesuatu.
Dalil Naqli : Q.S An Nahl: 5 dan Al Mu’minun: 21
5. “dan hewan ternak telah
diciptaka-Nya untuk kamu, padanya ada (bulu) yang menghangat dan manfaat dan
sebagainya kamu makan.”
21. “dan sungguh pada hewan
ternak teerdapat suatu pelajaran bagimu. Kami memeberi minum dsari (air susu)
yang ada dalam perutnya, dan padanya juga terdapat banyak manfaat untukmu, dan
sebagian darinya kamu makan.”
Kedua ayata di
atas menjelaskan beberapa manfaat yang dapat dipeeroleh dari hewan ternak, baik
bulunya, daginya, maupun air susunya. Manfaat yang lainnya adlah untuk
dikendarai seperti kuda dan unta dan untuk angkutan seperti unta dan himar.
Pada Q.S Al Fath:
11 berisi tentang perintah kepada Rasulullah saw untuk bertanya kepada orang
Arab Badui yang enggan ikut perang ke Hudaibiyah karena takut mati. Pada
hakikatnya, pertanyaan diatas berisi penegasan bahwa tidak ada yang bisa memberi madarat (bencana) dan
tidak ada pula yang dapat memberi manfaat (keuntungan), kecuali Allah swt.
8.
Ar Raauf (Yang Maha Pengasih)
Allah swt
adalah Dzat yang Maha Pengasih terhadap hamba-hamba-Nya.
Dalil Naqli : Q.S Al Baqarah : 143 dan Ali Imran: 30
143. “… dan Allah tidak akan
menyia-nyiakan imanmu. Sungguh Allah Maha Pengasih, Maha Penyayang kepada
manusia.”
30. “… dan Allah memperingatkan
kamu dari siksa-Nya. Allah Maha penyayang terhadap hamba-hamba-Nya.”
Ayat pertama
menjelaskan bahwa Allah tidak akan menyia-nyiakan iman hamba-Nya, sedangkan
ayat kedua menjelaskan bahwa diperingatkannya manusia dari siksa Allah adalah
salah satu wujud dari kasih saying-Nya kepada hamba.
9.
Al Barr (Yang Melimpahkan Kebaikan)
Asma’ul Husna
yang menyerupai Ar Ra’uf ialah Al Barr (Yang Maha Melimpahkan Kebaikan). Karena
Allah maha Pengasih, Dia juga Yang Melimpahkan Kebaikan.
Dalil Naqli : Q.S At Tur: 27-28
28. “Maka Allah memberikan
karunia kepada kami dan memelihara kami dari adzab neraka. Sesungguhnya kami
menyembah-Nya ssejak dulu. Dialah Yang Melimpahkan Kebaikan, Maha Penyayang.”
Firman di atas
menjelaskan kisah yang bakal terjadi di jaitun na’im (Surga yang penuh nikmat)
kelak. Di dalam jannah mereka dikelilingi anak-anak muda untuk melayani mereka.
Mereka berhadap-hadapan dan saling bertegur sapa satu dengan yang lain dalam
keadaan bahagia.
10.
Al hakim (Yang Maha Bijaksana)
Allah Yang
Maha Bijaksana. Kebijaksanaan Allah mencakup segala hal. Bijaksana dalam
mencipta dan mengatur alam semesta sesuai dengan kuasa dan kehendak-Nya yang
mutlak. Allah swt Maha Bijaksana karena memberi petunjuk kepada manusia menuju
hidup yang diridhai, jalan keselamatan, yakni Islam. Disamping bijaksana, Allah
maha perkasa, mampu memberi balasan amal hamba-Nya berupa siksa yang pedih di
akhirat kelak dan penderiataan hidup di dunia.
Dalil Naqli : Q.S Az Zuhruf: 84 dan Ali Imran: 6
84. “Dan dialah Tuhan yang
disembah di langit dan Tuhan di bumi, Dialah Yang Maha Bijaksana, Maha
Mengetahui.”
6. “… tidak ada Tuhan selain
Dia. Yang Maha Perkasa, Maha Bijaksana.”
Kedua sikap
tersebut (perkasa dan bijaksana)sering kontras pada diri manusia. Biasanya,
manusia yang perkasa terkadang susah untuk berbuat secara bijaksana karena
mengandalkan keperkasaannya. Sebaliknya, banyak manusia yang bijaksana namun
tidak perkasa. Lebih dari itu, kebijaksanaan manusia sering disalahgunakan
karrena adanya pengaruh diri dan lingkungan atau golongannya. Allah swt
memiliki keperkasaan dan kebijaksanaan yang sempurna dan mutlak.
C.
Bukti Kebenaran Tanda-Tanda
Kebesaran Allah Melalui Pemahaman
Terhadap 10 Asma’ul Husna
1.
Al Aziz
Apa yang
dikehendaki Allah pasti terjadi, tak satu makhluk pun yang mampu menghalangi
kehendak-Nya. Hal ini terbukti bahwa tidak ada satu makhluk pun yang dapat
mempertahankan hidupnya. Apabila Allah telah menghendaki mati, maka matilah
makhluk.
2.
Al Gaffar
Allah swt
senantiasa membuka kesempatan bertobat kepada hamba-Nya yang terlanjur berbuat
dosa. Dia akan memberi ampun kepada hamba yang benar-benar bertobat kepada-Nya.
3.
Al Fattah
Banyak manusia
yang memaksimalkan usahanya, namun hasil yang diperoleh belum atau tidak
seperti apa yang diharapkan. Di sisi lain, banyak manusia yang sederhana saja
dalam berusaha, namun memperoleh hasil yang lumayan. Manusia hanya dapat
berusaha, sedangkan keberhasilan usahanya pada kuasa dan kehendak Allah
semata-mata.
4.
Al Adl
Untuk
mewujudkan kehidupan yang aman dan tentram, Allah membuat aturan (agama) untuk
ditaati manusia. Hukum Qisas diterapkan kepada pelaku pembunuhan dengan
sengaja. Hukum Qisas yang ditentukan Islam sesuai dengan ungkapan utang nyawa
dibalas nyawa. Adapun hukum potong tangan diterapkan kepada pencuri yang
curiannya senilai seperempat.
5.
Al Qoyyum
Sejak zaman
Nabi Adam sampai sekarang, bumi tetap berputar pada porosnya dengan
mengelilingi matahari. Dengan demikian, terjadilah siang dan malam. Keadaan
seperti ini berjalan terus sampai
datangnya yaumus sa’ah. Dalam mmengatur alam semesta ini, Allah tak memerlukan
bantuan siapapun dari hamba-Nya.
6.
Al Basit
Nafsu setiap
manusia ingin memiliki kekayaan yang banyak sebagai sarana kesejahteraan
hidupnya di dunia ini. Kenyataannya, tidak semua manusia mencapai keinginannya.
Banyak yang kaya, namun banyak pula yang miskin. Allahlah yang membentangkan
atau menyempitkan rezeki-Nya kepada manusia.
7.
An Naafi
Dalam
kenyataan hidup ini, banyak manusia yang terkejut karena salah perhitungan dan
perkiraan. Perkara yang semula dikira akan membawa manfaat ternyata justru
mendatangkan madarat. Tak jarang pula, manusia yang tidak menyukai sesuatu
karena dikira akan membawa madarat, ternyata justru membawa manfaat. Hal itu
sebagai bukti bahwa Allah yang berkuasa menentukan manfaat dan madaratnya
sesuatu.
8.
Ar Raauf
Dengan
mempelajari imju biologi, manusia dapat mengerti bahwa kehidupan dirinya sanyat
bergantung kepada makanan dan minuman. Tak kalah penntingnya, mereka juga
memerlukan oksigen. Manusia dewasa sehari semalam memerlukan oksigen sekitar 16
meter kubik. Oksigen sebanyak itu telah disediakan oleh Allah secara gratis,
tak usah beli. Hal ini cukup sebagai bukti bahwa Allah swt adalah dzat Yang
Maha Pengasih.
9.
Al Barr
Kedermawanan
Allah swt atas hamba-Nya amat jelas dan langsung oleh semua manusia, baik
muslim maupun kafir. Nikmatnya jasmani, tersedianya rezeki (termasuk oksigen)
senantiasa tersedia walaupun manusia enggan memohon kepada-Nya.
10.
Al Hakim
Petunjuk agama
yang dianugrahkan kepada manusia sebagai bukti kebijaksanaan Allah swt. Dia
mengharamkan berbagai jenis perbuatan buruk karena memang perbuatan tersebut
berdampak negative (jika dilakukan manusia). Sebaliknya, Dia mewajibkan kepada
manusia beberapa perbuatan yang berdampak positif bagi yang mentaatinya.
D.
Perilaku Orang Yang Mengamalkan 10 Asma’ul
Husna
Iman meliputi tiga unsur, yaitu ucapan, kemantapan hati, dan
perbuatan. Orang yang beriman kepada Allah
harus dapat membuktikan keimanan tersebut dalam perilaku hidup
sehari-hari. Adapun perilaku sebagai pengamalan 10 asma’ul huna di depan,
antara lain sebagai berikut:
1.
Al Aziz : Tunduk dan patuh terhadap ketentuan Allah swt yang berlaku
atas dirinya dan rela menerimanya dengan ketulusan hati, tidak menggerutu, dan
tidak menyesali diri sendiri.
2.
Al Gaffar : Tidak putus asa atau murung karena suatu dosa yang terlanjur
diperbuat, senantiasa bersikap tawadhu, dan memohon ampunan kepada-Nya.
3.
Al Fattah : Memutuskan perkara secara adil sesuai hukum yang berlaku. Tidak
memihak kepada orang yang dicintai (kalau memang dia salah) dalam memutuskan
suatu perkara. Membenarkan yang benar dan menyalahkan yang salah.
4.
Al Adl : Mencintai keadilan, ikut andil dalam upaya menegakkan keadaan. Tidak membela
orang yang salah untuk menentang yang salah.
5.
Al Qoyyum: mengakui kebesaran Allah
swt sebagai pengatur alam semesta dengan sikap tawadhu kepada-Nya.
6.
Al Basit : Bersikap qonaah terhadap nasib dirinya, tidak mengangangkan
anugrah Allah yang diberikan kepada orang lain. Senantiasa menyadari bahwa
Allahlah yang mengatur rezeki manusia.
7.
An Naafi : Tidak tamak terhadap keduniaan karena sadar bahwa sesuatu yang
dinilai belum tentu membawa berkah dan manfaat bagi dirinya. Kemanfaatan dan
keberkahan sesuatu hanya ada pada kuasa dan Kehendak Allah swt.
8.
Ar Rauf : Pandai-pandai mensyukuri nikmat dan karunia Allah yang
diterima dengan cara memanfaatkan nikmat tersebut sesuai petunjuk Islam.
9.
Al Barr : Gemar mendermakan sebagian harta yang dimiliki kepada kaum dhuafa (fakir,
miskin, anak yatim, maupun janda), sebagaimana Allah dermawan terhadap
hamba-Nya.
10.
Al Haakim : Membiasakan diri berbuat ihsan, berlaku jujur terhadap siapa pun
walaupun menyangkut kepentingan pribadi.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
1.
Nama-nama Allah dikenal dengan
istilah Asma’ul Husna. Sebagaimana dijelaskan dalam Al Qur’an: “Allah,
Tiada Tuhan yang berhak disembah melainkan Dia, bagi-Nyalah segala nama yang
baik”. (QS Taha: 8)
2.
Uraian 10 Asma’ul Husna yaitu: Al
Aziz, Al Ghaffar, Al Baasith, An Naafi, Ar Rauf, Al Barr, Al hakim, Al Fattaah,
Al Adl, Al Qoyyum
3.
Diantara bukti kebenaran Allah
melalui pemahaman terhadap 10 asmaul husna yaitu: Apa yang dikehendaki Allah
pasti terjadi, tak satu makhluk pun yang mampu menghalangi kehendak-Nya. Hal
ini terbukti bahwa tidak ada satu makhluk pun yang dapat mempertahankan
hidupnya. Apabila Allah telah menghendaki mati, maka matilah makhluk.
4.
Salah satu perilaku orang yang
mengamalkan 10 Asma’ul Husna yaitu: Tunduk dan patuh terhadap ketentuan Allah
swt yang berlaku atas dirinya dan rela menerimanya dengan ketulusan hati, tidak
menggerutu, dan tidak menyesali diri sendiri.
DAFTAR PUSTAKA
Mahrus. Aqidah. Jakarta. Direktorat Jendral pendidikan Islam.
2009.
Al Banna, Hasan. Aqidah Islam.
Yogyakarta. PT Al Ma’arif. 1992.
Al Jauziyah, Ibn Qayyim. Asma’ul Husna:
Nama-nama Indah Allah. Jakarta. Pustaka Kautsar. 2006.
Ibrahim dan Darsono. Membangun Akidah dan
Akhlak. Solo. PT Tiga Serangkai Pustaka Mandiri. 2009.
Taqwa, Team Penulis. Akidah Akhlaq Madrasah
Tsanawiyah kelas 7 Semester Genap. Sragen. Penerbit Akik Pustaka.
Alfat, Masan. Pendidikan Agama Islam: Akidah
Akhlak Kelas 1. Semarang. PT Karya Toha Putra. 2007.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar